semarangkatropolitan

Sebuah blog tentang kota Semarang, baik budaya, masyarakat, ikonik, perkembangan kota, trend, khas dan segala sesuatu tentang Semarang.

Foto Saya
Nama:
Lokasi: semarang, central java, Indonesia

Sabtu, 19 April 2008

SEMARANG MENUJU KOTA FILM

Judul ini kayaknya provokatif dan Aeng-Aeng. Mana mungkin. Mana ada perusahaan film di Semarang. Mana ada artis berbakat dari semarang. Mana ada Sutradara top dari Semarang. Apalagi mencari produser, atau cukong kaya yang mau menghidupi produksi film di Semarang.



Eit tapi tunggu dulu. Sejak kebangkitan kembali Film Nasional yang telah terpuruk bertahun-tahun (terhitung sejak FFI 1988 hingga rilis film Sherina dan AADC di awal tahun 2000an) setidaknya sudah ada 6 film nasional yang diproduksi di kota ini. Yang pertama, tentu saja, karya putra Semarang, Eko Nugroho dengan Dreamlight Studionya, Trio Penjelajah Dunia. Selain itu adalah produksi Perusahaan Film Jakarta, yaitu: Ca Bau Kan (Kalyana), Gie (Miles), Kala (MD Pictures), Photograph (Kalyana) dan Lawang Sewu(MD Pic). Bahkan tidak lama lagi film Ayat-Ayat Cinta—produksi MD Pic-- (karya penulis Semarang Habiburahman El Shirazy) yang mengambil lokasi syuting di Jakarta, Mesir dan Semarang bakal release akhir tahun ini bertepatan dengan Idul Adha.



Film-film tersebut memang tidak semuanya laris. Namun hampir semuanya mengangkat nilai-nilai spektakuler dari kota Semarang. Ca Bau Kan, mengangkat langam ornamen pecinan abad 19 yang masih tersisa hanya di Semarang. Gie, yang mengambil atmosfer tahun 60an di kota lama Semarang. (Keduanya merupakan film kolosal).

Kala, bahkan meminjam atmosfer kota lama, sebagai imajinasi kota antah berantah berlanggam eropa klasik. The Photograph, hampir sama dengan Ca Bau Kan, mengangkat langgam Chinese. Sedangkan Lawang Sewu memang tidak banyak mengeksplorasi Semarang, namun film terakhir, Ayat-Ayat Cinta, konon Hanung Bramantyo sebagai sutradara memindahkan atmosfer Mesir (karena disana sang sutradara dipalaki oleh PH Mesir) ke beberapa spot di kota Semarang sebagai Mesir.



Bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan, akan semakin banyak produksi film dilakukan di Semarang. Sebagai catatan saja, selain Jakarta, tak banyak kota lain yang cukup banyak dijadikan lokasi pembuatan film. Contoh kata Yogyakarta sebagai gudang seniman, hanya kebagian Mengejar Mas-Mas dan Tiga Hari Untuk Selamanya. Solo kebagian Opera Jawa. Bandung, Surabaya, Makasar, Medan, Manado? Kayaknya belum ada yang sangat spesifik.

Selain itu, sebetulnya fenomena untuk mendukung ke arah Semarang Kota Film, sebetulnya tidak disadari sudah tumbuh. Lihatlah program Bedah Rumah dan Tolong yang pernah booming beberapa tahun lalu. Juga Serbu dan Sirkus-sirkus. Program-program tersebut, walaupun sebagian berlabel Triwarsana, namun sebetulnya adalah In House Dream Light Studio yang bermarkas di Ungaran. Sebelum memproduksi program-program tersebut, PH yang memiliki 2 studio dengan salah satu studionya sebesar studio 1 TransTV ini, juga telah memproduksi film gabungan manusia dan Boneka Trio Penjelajah Dunia. Juga Misteri Pesugihan yang ditayangkan di Anteve 3 tahun silam, juga produksi Mitra Sejati, sebuah PH di Semarang.

Televisi lokalpun cukup marak di kota ini. Setelah Borobudur TV, menyusul berdiri juga Pro TV, Cakra TV dan TV KU, yang semuanya telah siaran lebih dari 10 jam perhari.

Film sendiri sebetulnya merupakan wahana promosi suatu kawasan. Semakin banyak film dibuat, maka semakin banyak orang tahu akan kawasan tersebut. Lihat saja Thailand yang semakin tumbuh turismnya karena bayak film luar diproduksi di negeri ini. Demikian juga dengan Semarang. Semakin banyak film dibuat di Semarang, orang akan semakin mengetahui apa itu Semarang, ada apa saja di Semarang, yang akhirnya akan membuat mereka penasaran dan mengunjungi kota Semarang. Semakin banyak orang berkunjung tentu akan semakin membuka peluang investasi di Semarang, yang ujung-ujungnya akan memberdayakan masyarakat dan membuka lapangan kerja juga.

Namun untuk mewujudkan itu tentunya dibutuhkan pengorbanan. Terutama pengorbanan itu ditujukan untuk menarik perusahaan-perusahaan film yang sebagian besar bermarkas di jakarta, untuk mengalihkan produksinya di Semarang. Tentu pemilik perusahaan film memiliki banyak pertimbangan untuk memindahkan lokasi syuting. Namun intinya adalah: apakah dilokasi yang ditawarkan lebih efisien dari lokasi yang biasanya.
Efisien dalam hal ini tentu saja ujung-ujungnya adalah masalah anggaran dan biaya produksi.

Apakah di lokasi baru menyediakan fasilitas akomodasi yag menarik, discount hotel bagi kru dan artis, lokasi syuting yang nyaman, studio dan peralatan syuting yang disewakan dengan discount menarik, tenaga figuran yang memadai, lokasi syuting yang beragam dengan jarak terjangkau di masing-masing titik. Hingga pada tahap Post Produksi, apakah di lokasi syuting juga tersedia venue yang representative untuk melakukan launching film dan sebagainya.

Bermimpi atau tidak, setidaknya Semarang sudah membuktikan kalau kota ini sudah menjadi lokasi syuting 7 film nasional, dalam 7 tahun terakhir. Sebuah angka yang belum dicapai kota-kota besar lainnya di Indonesia, selain Jakarta. Akhirnya akan tetap menjadi pertanyaan, akankah Semarang Menjadi Kota Film atau tidak, jika tidak ada pihak yang mampu membaca gejala ini
Site film-film yang diproduksi di Semarang link:Ca Bau Kan: http://cabaukan.kalyanashira.com/
Gie: http://www.milesfilms.com/gie/
Kala: http://www.kalathemovie.com/
The Photograph: http://www.thephotographmovie.com/
Lawang Sewu - Dendam Kuntilanak: http://www.lawangsewu-dendamkuntilanak.com/
Ayat-Ayat Cinta: http://www.ayatayatcintathemovie.com/

Senin, 14 April 2008

About Semarang: from memory to present day

Di utara laut biru yang membentang
Di selatan gunung tinggi menjulang
Angin sejuk yang bertiup hangatkan suasana
Kotra kitra kotra yang Katro Semarang

Kurang lebih begitu lagu yang mengiringi perjalanan berangkat sekolah -menuruni bukit gombel- dari sebuah radio swasta di awal tahun 90an. Sebuah lagu yang menunjukkan geografis unik kota Semarang. Seunik warganya, warga metropol yang tetap bertahan dengan kesederhanaannya. Sebuah Metropolis yang Katro. Tak perlu gengsi dibilang Katro, sejauh kita yakini katro sebagai sebuah sikap kritis menyaring modernisasi yang menyerang semua sendi kehidupan, dengan segala dampak positif maupun negatifnya.

Multiply ini berisi gambar, lagu, video, juga artikel-artikel tentang kota Semarang, yang diubekdari berbagai sumber. Untuk itu saya ucapkan matur nuwun semua sumber yang menyajikan berbagai hal tentang Semarang Moga-moga multiply ini bisa jadi tempat tombo kangen wong semarang yang kesebar di seluruh martjapada ini.